BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu
negara beriklim tropis yang terdiri dari beribu-ribu pulau yang kaya sumber alam terutama
tumbuh-tumbuhan yang sangat beraneka ragam. Beberapa jenis tumbuhan digunakan sebagai
ramuan obat yang penggunaanya didasarkan secara turun-temurun maka
para peneliti kimia telah melakukan
penyelidikan terhadap kandungan kimia tanaman tersebut. Ilmu yang mempelajari zat
yang berkhasiat
dalam tumbuhan meliputi identifikasi, isolasi serta penetapan kadarnya dikenal
dengan ilmu fitokimia.
Sejarah alkaloid hampir setua peradaban
manusia. Manusia telah menggunakan obat-obatan yang mengandung alkaloid dalam
minuman, kedokteran, teh dan racun.
Obat-obat
yang pertama ditemukan secara kimia adalah opium, getah kering Apium Papaver somniferum. Opium telah
digunakan sebagai obat-obatan dan sifatnya sebagai analgetik dan narkotik sudah
diketahui. Pada tahun 1803, Derosne mengisolasi alkaloid semi murni dari opium
dan diberi nama narkotin. Seturner pada tahun 1805 mengadakan penelitian lebih
lanjut terhadap opium dapat berhasil mengisolasi morfin. Selain itu, pada tahun
1817-1820 di Laboratorium Pelletier dan Caventon di Fakultas Farmasi di Paris,
melanjutkan penelitian dibidang kimia alkaloid yang menakjubkan. Diantara
alkaloid yang diperoleh dalam waktu singkat tersebut adalah Stikhnin, Emetin, Brusin,
Piperin, kaffein, Quinin, Sinkhonin dan Kolkhisin.
Menurut Cordell (1981), sebagian
besar sumber alkaloid adalah tanaman berbunga (angiospermae). Kebanyakan famili
tanaman yang mengandung alkaloid adalah liliaceae, solamae, solanace dan
rubiacea. Karena alkaloid sebagai suatu kelompok senyawa yang terdapat sebagian
besar pada tanaman berbunga, maka para ilmuwan sangat tertarik pada sistematika
aturan tanaman. Kelompok tertentu alkaloid dihubungkan dengan famili tanaman
tertentu.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Alkaloid
Alkaloida adalah golongan senyawa
organik yang banyak ditemukan di alam yang berasal dari tumbuh-tumbuhan,
hewan dan mikroba. Senyawa ini mengandung sebuah atom nitrogen yang bersifat
basa lemah, mempunyai cincin nitrogen yang sebagian besar heterosiklik yang
bersifat aktif dan mempunyai efek fisiologis. Hampir
semua alkaloid yang ditemukan di alam mempunyai efek fisiologis
tertentu. Oleh karena
itu alkaloid digunakan sebagai obat diantaranya
atropin sebagai obat kejang, kokain sebagai obat bius, reserpin sebagai obat
penenang.
2.2
Sifat-sifat Alkaloid
Alkaloid mempunyai beberapa sifat,
diantaranya sebagai berikut :
1. Mengandung
atom nitrogen yang umumnya berasal dari asam amino.
2. Berupa padatan kristal yang halus dengan titik lebur tertentu yang
bereaksi dengan asam membentuk garam.
3. Alkaloid
berbentuk cair dan kebanyakan tidak berwarna.
4. Dalam
tumbuhan alkaloid berada dalam bentuk bebas, dalam bentuk N-oksida atau dalam bentuk
garamnya.
5. Umumnya
mempunyai rasa yang pahit.
6. Alkaloid
dalam bentuk bebas tidak larut dalam air, tetapi larut dalamkloroform, eter dan
pelarut organik lainnya yang bersifat relative non polar.
7. Alkaloid
dalam bentuk garamnya mudah larut dalam air, contohnya Strychnine
HCl lebih larut dalam air daripada bentuk basanya.
8. Alkaloid
bebas bersifat basa karena adanya pasangan elektron bebas, garam pada atom
N-nya.
2.3 Sumber Alkaloid
Sumber alkaloid adalah tanaman berbunga, angiosperma (famili Leguminoceae, Rubiaceae,
Solanaceae) dan tumbuhan monokotil (famili Solanaceae dan Liliaceae). Pada tahun-tahun
berikutnya penemuan sejumlah besar alkaloid terdapat pada hewan.
Kebanyakan famili tanaman yang mengandung alkaloid adalah Liliaceae,
Solanaceae dan Rubiaceae. Famili tanaman yang tidak lazim mengandung alkaloid
adalah Papaveraceae. Di dalam tanaman yang mengandung alkaloid, alkaloid mungkin
terdapat pada bagian tertentu dari tanaman. Namun ada bagian tertentu dari tanaman
tidak mengandung alkaloid.
2.4 Klasifikasi
Alkaloid
Klasifikasi alkaloid dapat dilakukan
berdasarkan beberapa cara antara lain:
1.
Berdasarkan jenis cincin heterosiklik nitrogen yang merupakan bagian dari
struktur molekul, alkaloida dapat dibedakan atas beberapa jenis seperti alkaloida
pirolidin, alkaloida piperidin, alkaloida isokuinolin, alkaloida kuinolin, alkaloida
indol, alkaloid tropan dan alkaloid steroid.
2.
Berdasarkan jenis tumbuhan
darimana alkaloida ditemukan. Cara ini digunakan untuk menyatakan jenis
alkaloida yang pertama-tamaditemukan pada suatu jenis tumbuhan. Berdasarkan
cara ini, alkaloida dapat dibedakan atas beberapa jenis yaitu alkaloida tembakau, alkaloida
erythrine dan sebagainya. Cara ini mempunyai kelemahan yaitu beberapa alkaloida
yang berasal dari tumbuhan tertentu dapat mempunyai struktur yang berbeda-beda.
3.
Berdasarkan asal-usul
biogenetik. Cara ini sangat berguna untuk menjelaskan hubungan antara berbagai
alkaloida yang diklasifikasikan berdasarkan berbagai jenis cincin heterosiklik.
Dari biosintesa alkaloida menunjukkan bahwa alkaloida berasal hanya dari
beberapa asam amino tertentu saja. Berdasarkan hal tersebut maka alkaloida
dapat dibedakan atas tiga jenis utama, yaitu :
a.
Alkaloida alisiklik yang
berasal dari asam-asam amino ornitin dan lisin.
b.
Alkaloida aromatik jenis
fenilalanin yang berasal dari fenilalanin, tirosin dan 3,4-dihidrofenilalanin.
c.
Alkaloida aromatik jenis indol
yang berasal dari triptofan.
4.
Sistem klasifikasi berdasarkan
Hegnauer yang paling banyak diterima, dimana alkaloida dikelompokkan atas :
a.
Main Alkaloid
Alkaloid
ini merupakan racun. Senyawa tersebut menunjukkan aktivitas fisiologis yang
luas, hampir tanpa terkecuali bersifat basa, umumnya mengandung nitrogen dalam
cincin heterosiklik, diturunkan dari asam amino, biasanya terdapat dalam
tanaman sebagai garam asam organik.
b. Protoalkaloid
Protoalkaloid
merupakan amin yang relatif sederhana dimana nitrogen asam amino tidak terdapat dalam cincin heterosiklik. Protoalkaloid
diperoleh berdasarkan biosintesis dari asam amino yang bersifat basa.
c. Pseudoalkaloid
Pseudoalkaloid
tidak diturunkan dari prekursor asam amino. Senyawa ini biasanya bersifat basa.
Ada dua alkaloid yang penting dalam kelompok ini yaitu alkaloid steroidal dan
purin.
2.5 Kegunaan Alkaloid
Kegunaan alkaloid antara lain sebagai berikut :
1. Alkaloid
berfungsi sebagai hasil buangan nitrogen seperti urea dan asam urat hewan.
2. Alkaloid
berguna sebagai tendon penyimpanan nitrogen meskipun banyak alkaloid ditimbun
dan tidak mengalami metabolisme.
3. Alkaloid
dapat melindungi tumbuhan dari serangan parasit atau pemangsa tumbuhan.
4. Alkaloid
dapat berlaku sebagai pengatur tumbuh, dimana ada sebagian alkaloid yang
merangsang perkecambahan dan ada sebagian yang menghambat.
5. Alkaloid
dapat mengganti basa mineral dalam mempertahankan kesetimbangan ion dalam
tumbuhan.
2.6
Isolasi
dan Identifikasi Alkaloid
2.6.1
Isolasi Alkaloid
Alkaloid dapat diisolasi melalui metode ekstraksi antara
lain :
1.
Soxhletasi
Soxhlet
merupakan ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru, umumnya dilakukan
menggunakan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi konstan dengan adanya
pendingin balik (kondensor). Disini sampel disimpan dalam alat soxhlet dan
tidak dicampur langsung dengan pelarut dalam wadah yang di panaskan, yang
dipanaskan hanyalah pelarutnya, pelarut terdinginkan dalam kondensor dan
pelarut dingin inilah yang selanjutnya mengekstraksi sampel.
Prinsip soxhletasi :
Penarikan
komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam
klonsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa, cairan penyari
dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh
kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam
klonsong menyari zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah
mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan turun kembali ke labu alas bulat
melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna ditandai bila
cairan di sifon tidak berwarna, tidak tampak noda jika di KLT, atau sirkulasi
telah mencapai 20-25 kali. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.
Keuntungan metode ini adalah :
a. Dapat
digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan terhadap
pemanasan secara langsung.
b. Digunakan
pelarut yang lebih sedikit
c. Pemanasannya
dapat diatur
Kerugian metode ini adalah:
a. Karena
pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di sebelah bawah
terus-menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh
panas.
b. Jumlah
total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui kelarutannya dalam
pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume
pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya.
c. Bila
dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk menggunakan pelarut
dengan titik didih yang terlalu tinggi, seperti metanol atau air, karena seluruh
alat yang berada di bawah kondensor
perlu berada pada temperatur ini untuk pergerakan uap pelarut yang efektif.
Gambar 1. Alat
soxhlet
2. Refluks
Refluks adalah
ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu
dan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
Ekstraksi refluks digunakan untuk mengektraksi bahan-bahan yang tahan terhadap
pemanasan.
Prinsip refluks:
Penarikan
komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel dimasukkan ke dalam labu alas
bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan
penyari terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan
penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat, akan menyari kembali
sampel yang berada pada labu alas bulat, demikian seterusnya berlangsung secara
berkesinambungan sampai penyarian sempurna, penggantian pelarut dilakukan
sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan
dipekatkan.
Keuntungan metode ini adalah :
Digunakan
untuk mengekstraksi sampel-sampel yang mempunyai tekstur kasar dan tahan pemanasan
langsung.
Kerugian metode ini adalah :
Membutuhkan
volume total pelarut yang besar dan sejumlah manipulasi dari operator.
Gambar 2. Alat
refluks
2.6.2 Identifikasi Alkaloid
Identifikasi
alkaloid dapat dilakukan dengan reaksi-reaksi berikut :
a.
Reaksi Pengendapan
1.
Reaksi Dragendorf
Pereaksi dragendorf mengandung bismut nitrat dan merkuri klorida
dalam nitrit berair. Ketika suatu alkaloid ditambahkan pereaksi dragendorf maka
akan menghasilkan endapan jingga.
2. Reaksi Meyer
Pereaksi meyer mengandung kalium
iodida dan merkuri klorida. Ketika sampel ditambah pereaksi meyer maka akan timbul
endapan kuning atau larutan kuning bening lalu ditambah alkohol endapannya
larut. Tidak semua alkaloid mengendap dengan reaksi mayer. Pengendapan yang
terjadi akibat reaksi mayer bergantung pada rumus bangun alkoloidnya.
3.
Reaksi Bauchardat
Pereaksi bauchardat mengandung kalium iodida dan iood. Sampel
ditambah pereaksi bauchardat menghasilkan endapan coklat merah lalu ditambah
alkohol endapannya larut.
b.
Reaksi Warna
1. Reaksi dengan asam kuat
Asam kuat seperti H2SO4
pekat dan HNO3 pekat menghasilkan warna kuning atau merah.
2. Reaksi Marquis
Pereaksi marquis mengandung
formaldehid (1 bagian) dan H2SO4 pekat (9 bagian). Sampel
ditambah pereaksi marquis akan menghasilkan warna jingga.
3. Reaksi Warna AZO
Sampel ditambah diazo A (4
bagian) dan diazo B (1 bagian), ditambah NaOH, dipanaskan lalu ditambah amyl
alkohol menghasilkan warna merah.
Alkaloid terdiri dari
beberapa jenis. Adapun untuk identifikasi jenis alkaloid lainnya bisa
menggunakan reaksi berikut diantaranya :
Reaksi untuk alkaloid benzil isokuinolon contohnya morfin
1. Reaksi Frohde
Pereaksi frohde mengandung
larutan 1% NH4 molibdat dalam H2SO4 pekat.
Sampel ditambah pereaksi frohde menghasilkan warna kuning kehijauan.
2. Reaksi Mandelin
Pereaksi mandelin
mengandung amonium vanadat dalam air ditambah H2SO4
pekat. Sampel ditambah pereaksi mandelin berwarna kuning kehijauan.
Selain
itu, identifikasi alkaloid bisa juga dengan menggunakan pereaksi erlich
(p-dimetilaminobenzaldehide yang diasamkan) memberikan warna biru atau abu-abu
hijau untuk alkaloid ergot.
BAB III
METODOLOGI
3.1
Isolasi Alkaloid
1.
Soxhletasi
Alat :
Seperangkat
alat soxhlet (terdiri
dari labu alas bulat, kondensor, heat mantel), beker glass, gelas
ukur, timbangan, pisau, kertas saring, corong,
cawan penguap, waterbath, batang pengaduk, vial.
Bahan :
Sampel, petroleum eter, kloroform, metanol 80%, larutan amonia 10%, Al2O3.
Cara kerja:
1.
Ditimbang sampel kemudian dibungkus dengan
kertas saring dan dimasukkan ke dalam alat soxhlet.
2.
Ditambahkan pelarut petroleum
eter melalui mulut soxhlet yang sebelumnya sudah terpasang tegak lurus, sehingga terjadi pengaliran
kedalam labu pemanas.
3.
Dilakukan soxhletasi kemudian
ekstrak hasil soxhletasi didinginkan dan disaring dengan kertas saring yang terpasang pada corong.
4.
Ampas dari
penyaringan diangin-anginkan untuk menghilangkan pelarut. Ampas diekstraksi
kembali dengan pelarut yaitu kloroform dan metanol 80%. Ekstraksi dengan
kloroform diperoleh ekstrak kloroform dan ampasnya yang telah diangin-anginkan diekstrak
lagi dengan metanol 80% hingga diperoleh ekstrak metanol dan ampas.
5.
Ekstrak kloroform dipekatkan,
lalu diambil sebagai bahan penjaringan alkaloid dengan menambahkan larutan
amonia 10% dan Al2O3, diaduk selama beberapa menit.
6.
Campuran yang diperoleh
dimasukkan ke dalam kolom selanjutnya dialiri dengan kloroform. Eluat yang
diperoleh ditampung untuk
uji warna dengan penambahan pereaksi dragendorf. Apabila reaksi positif, eluat
dipergunakan sebagai sampel untuk KLT. Begitu juga dengan ekstrak metanol dipekatkan,
ditambah larutan ammonia sambil diaduk. Dipanaskan pada suhu 60°C di atas
penangas air, kemudian disaring dalam keadaan panas. Filtrat yang diperoleh digunakan
untuk uji warna dengan penambahan pereaksidragendorf. Apabila reaksi positif, filtrat digunakan untuk sampel
KLT dan kromatografi kolom.
2.
Refluks
Alat :
Labu alas bulat, kondensor spiral, selang masuk selang keluar, sirkulator,
heat mantel, kertas saring, corong, cawan porselin, waterbath, batang pengaduk,
vial.
Bahan :
Sampel, etanol 70%, air, asam klorida
Cara kerja :
1.
Dimasukkan sampel didalam
labu alas bulat bersama-sama dengan pelarut etanol lalu dipanaskan.
2.
Uap-uap cairan
penyari terkondensasi pada kondensor menjadi molekul-molekul cairan penyari
yang akan turun kembali menuju labu alas bulat. Pergantian pelarut dilakukan 3
kali setiap 3 sampai 4 jam.
3.
Kemudian diperolehlah
filtrat dan residu. Setelah dingin dan disaring, residu dicuci dengan etanol
dan kumpulan filtrat diuapkan.
4.
Residu yang
tertinggal dilarutkan kedalam air, lalu disaring dan diasamkan dengan asam
klorida.
5.
Alkaloid diendapkan
dengan pereaksi meyer. Bila hasil tes positif, maka dites
kembali dengan cara membasakan larutan yang bersifat asam, kemudian alkaloid diekstrak
kembali ke dalam larutan asam. Jika larutan asam ini menghasilkan endapan
dengan pereaksi tersebut maka tanaman ini mengandung alkaloid.
3.2 Pemurnian Alkaloid
Hasil ekstraksi kloroform dipekatkan sampai terbentuk krud. Krud yang
diperoleh dilakukan identifikasi dengan kromatografi lapis tipis untuk
mengetahui jumlah komponennya. Untuk tahap selanjutnya dilakukan pemisahan
lebih lanjut sampai didaptkan kristal. Kristal yang diperoleh diidentifikasi
dengan spektroforometer, titik leleh, dan kromatografi lapis tipis.
3.3 Karakterisasi Alkaloid
Ekstrak kloroform diuapkan sampai didaptkan krud, kemudian dilarutkan
dalam aseton dan ditambahkan air tanpa dilakukan pengadukan. Hasil penambahan
air menimbulkan kristal pada lapisan bawah kemudian dilakukan rekristalisasi
dengang berbagai pelarut. Hasil rekristalisasi yang terbaik dengan menggunakan
pelarut metanol : air (4:1) menghasilkan kristal berwarna jarum putih (Aris
Witjaksono, 1898 :28).
3.4 Penentuan Kemurnian Dengan
Kromatografi Lapis Tipis
Mengacu pada penelitian yang
dilakukan Aris Witjaksono (1989), dilakukan pemurnian menggunakan kromatografi
lapis tipis dengan fase diam silika gel
dan berbagai fase gera, serta menggunakan lampu UV sebagai penampak noda. Bila
berbagai fase gerak menunjukkan noda tunggal, maka komponen dapat dinyatakan
sudah murni dan penampak noda digunakan pereaksi Dragendroft, menunjukkan noda
tunggal merah bata, ini menunjukkan
kristal yang diperoleh sudah satu komponen.
Contoh gambar hasil kromatografi lapis
tipis ekstrak kloform dengan fase diam silika gel G dan fase gerak metanol-
etol asetat (4:1)
Contoh gambar hasil kromatografi
lapis tipis kristal alkaloid dengan fase diam silika gel G dan fase gerak
kloroform
Contoh gambar hasil kromatografi lapis tipis kristal
alkaloid fase diam silika gel G dan fase gerak aseton
Contoh gambar hasil kromatografi lapis tipis kristal
alkaloid fase diam silika gel G dan fase gerak metanol
3.5 Identifikasi Alkaloid
Filtrat yang diperoleh dari hasil
soxhletasi diidentifikasi dengan penambahan pereaksi dragendorf. Sedangkan
filtrat yang diperoleh dari hasil refluks diidentifikasi dengan penambahan
pereaksi meyer. Identifikasi Bisa dilakukan dengan 3 cara, yaitu :
1.Berdasarkan Sifat fisika suatu senyawa
2. Berdasarkan Sifat kimia (melibatkan reaksi kimia)
3. Berdasarkan Sifat fisiko kimia
1)
Identifikasi
senyawa berdasarkan Sifat fisika
Suhu, organoleptis, Viskositas, dan sebagainya.
2)
Berdasarkan Sifat
kimia (melibatkan reaksi kimia), yaitu dengan bermacam-macam reaksi kimia,
diantaranya :
a.
Reaksi Pengendapan
1. Reaksi Dragendorf
Alat :
Tabung reaksi, spatula, pipet
tetes, penjepit.
Bahan :
Sampel, pereaksi dragendorf (bismut
nitrat, merkuri klorida dalam nitrit berair).
Cara kerja :
Sampel ditambah pereaksi
dragendorf terbentuk endapan jingga.
2. Reaksi
Meyer
Alat :
Tabung reaksi, spatula,
pipet tetes, penjepit.
Bahan :
Sampel, pereaksi meyer (kalium iodida, merkuri klorida), alkohol.
Cara kerja :
1. Sampel
ditambah pereaksi meyer terbentuk endapan kuning atau larutan kuning bening.
2. Ditambah
alkohol endapannya larut.
3. Reaksi
Bauchardat
Alat :
Tabung reaksi,
spatula, pipet tetes, penjepit.
Bahan :
Sampel, pereaksi bauchardat (kalium iodida,
iood), alkohol.
Cara kerja :
1.
Sampel ditambah pereaksi
bauchardat terbentuk endapan coklat merah.
2.
Ditambah alkohol
endapannya larut.
b. Reaksi Warna
1. Reaksi dengan asam kuat
Alat :
Tabung reaksi,
spatula, pipet tetes, penjepit.
Bahan :
Sampel, H2SO4
pekat dan HNO3 pekat.
Cara kerja :
Sampel
ditambah H2SO4 pekat dan HNO3 terbentuk warna
kuning atau merah.
2. Reaksi Marquis
Alat :
Tabung reaksi,
spatula, pipet tetes, penjepit.
Bahan :
Sampel, pereaksi
marquis (formaldehid, H2SO4 pekat).
Cara kerja :
Sampel ditambah
pereaksi marquis terbentuk
warna jingga.
3. Reaksi
Warna AZO
Alat :
Tabung reaksi,
spatula, pipet tetes, penjepit, hot plate, beker glass.
Bahan :
Sampel,
diazo A, diazo B, NaOH, amyl alkohol, air.
Cara kerja :
1. Sampel
ditambah diazo A dan diazo B.
2. Ditambah
NaOH lalu dipanaskan.
3. Ditambah amyl alkohol
menghasilkan warna merah.
3)
Berdasarkan Sifat
fisiko kimia
Identifikasi dengan
Spektroskopi UV –Vis, FTIR, LC-MS,
X-ray, dan NMR.
Isolat
alkaloid murni kemudian dianalisis menggunakan spektrofotometer UV-Vis, FTIR,
dan LC-MS.
Sebagai contoh,
hasil spektrum UV-Vis, FTIR, dan LC-MS dari penelitian yang dilakukan oleh
Yazid Mrtadlo,dkk (2013), sebagai berikut :
Gambar Spektra UV-Vis isolat alkaloid daun tempuyung
Hasil analisis menggunakan
spektrofotometer UV-Vis didapatkan serapan pada panjang gelombang 225 nm, 253
nm, 352 nm merupakan serapan dari ikatan terkonjugasi dan merupakan serapan
alkaloid yang mempunyai kerangka dasar isokuinolin, menurut cordrell (1981)alkaloid
yang mengandung kerangka dasar isokuinolin mempunyai panjang gelombang pada
daerah 230 nm, 266 nm, 351 nm.
Contoh gambar Spektogram FTIR isolat alkaloid daun
tempuyung
Hasil analisis menggunakan
spektrofotometer FTIR memberikan bilangan gelombang sebesar 3448,72 cm-1. (vibrasi ulur OH), 1627,92 cm-1
(vibrasi ulur C=N) yang diperkuat dengan serapan 1103,28 cm-1 (vibrasi tekuk
C-N yang simetri dengan vibrasiulur C-O), 2924,09 cm-1 dan 2854,65 cm-1 (vibrasi
ulur C-H alifatik), 1472,67 cm-1 dan 1347,4 cm-1 (gugus C-H), 1720,50 cm-1
(vibrasi ulur C=O), 1650,92 cm -1 (vibrasi ulur C=C terkonjugasi), 794,67 cm -1
(C-H alifatik keluar bidang).
Contoh gambar spektrogram LC-MS.isolat alkaloid daun
tempuyung
Hasil analisis menggunakan
LC-MS menunjukan adanya tiga puncak, ini berarti isolat belum murni. Pada T 2,6
menghasilkan spektogram MS alkaloid daun tempuyung dengan berat molekul sebesar
444 g/mol.
Berdasarkan hasil analisis
menggunakan spektrofotometer UV-Vis, FTIR dan LC-MS dapat diketahui suatu
senyawa alkaloid yang terkandung dalam daun tempuyung termasuk alkaloid dengan
kerangka dasar isokuinolin yang mempunyai panjang gelombang 225nm, 253 nm, 352
nm, memiliki gugus fungsi C=N, OH, C-O, C=C terkonjugasi, C=O, CH2, CH3 dan
berat molekul senyawa sebesar 444,84 g/mol.
Metode lain yang bisa digunakn
yakni adalah NMR (Nuclear Magnetic Resonance ) ini digunakan untuk
mengidentifikasi atom-atom dan jaraknya.
Sedangkan X-ray dgunakan untuk
mengidentifikasi bentuk-bentuk molekulnya (alifatis, alisikliks, atau aromatis)
.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Alkaloida adalah senyawa yang mengandung
sebuah atom nitrogen yang bersifat basa lemah, mempunyai cincin nitrogen yang
heterosiklik karena itu dapat larut dalam asam-asam serta membentuk garamnya dan
umumnya mempunyai aktifitas fisiologis yang baik terhadap manusia ataupun
hewan.
Alkaloid umumnya bersifat tidak larut
dalam air dan larut dalam kloroform, eter dan pelarut organik lain, kecuali
dalam bentuk garamnya. Alkaloid mempunyai rasa pahit.
Klasifikasi alkaloid berdasarkan
beberapa cara yaitu,
1. Berdasarkan
jenis cincin heterosiklik nitrogen yang merupakan bagian dari struktur molekul.
2. Berdasarkan
jenis tumbuhan darimana alkaloida ditemukan.
3. Berdasarkan
asal-usul biogenetik.
Kegunaan
alkaloid yaitu sebagai :
1. Alkaloid
berfungsi sebagai hasil buangan nitrogen seperti urea dan asam urat hewan.
2. Alkaloid
berguna sebagai tendon penyimpanan nitrogen meskipun banyak alkaloid ditimbun
dan tidak mengalami metabolisme.
3. Alkaloid
dapat melindungi tumbuhan dari serangan parasit atau pemangsa tumbuhan
4. Alkaloid
dapat berlaku sebagai pengatur tumbuh, dimana ada sebagian alkaloid yang
merangsang perkecambahan dan ada sebagian yang menghambat.
5. Alkaloid
dapat mengganti basa mineral dalam mempertahankan kesetimbangan ion dalam
tumbuhan.
Isolasi alkaloid dapat dilakukan dengan
cara ekstraksi yaitu dengan cara soxhletasi dan refluks. Sedangkan identifikasinya
dapat dilakukan dengan cara direaksikan dengan pereaksi dragendorf, meyer dan bauchardat.
DAFTAR PUSTAKA
Ffarmasi.unand.ac.id/RPKPS/Metoda_ekstraksi.pdf. Diakses tanggal 13 Maret 2014, pukul 19:53.
Graviti. 2010. Ekstraksi
Lemak Kasar Menggunakan Soxhlet Extractor. http://eskariachandra.wordpress.com/2010/03/04/soklet/. Diakses tanggal 11 Maret 2014, pukul 21:00.
Hamdani, S. 2012. Metode Ekstraksi. http://catatankimia.com/catatan/metoda-ekstraksi.html. Diakses tanggal 10 Maret 2014, pukul 11:00.
Meronda, Rahma. 2009. Isolasi dan Identifikasi
Alkaloid. http://rgmaisyah.files.wordpress.com/2009/10/tgs-fito_alkaloid.pdf. Diakses tanggal 10 Maret 2014, pukul 11:20.
Mj, Hudspith dan Evans RM. 2009. Pharmacopoeilal
and Related Drugs Of Biological Origin. http.academia.idu/5971646/evans_978-0-7022933-2. Diakses tanggal 12 Maret 2014, pukul 11:12.
Murtadlo, Yazid. 2013. ISOLASI,
IDENTIFIKASI SENYAWA ALKALOID TOTAL DAUN TEMPUYUNG (Sonchus arvensis Linn) DAN UJI
SITOTOKSIK DENGAN METODE BSLT (Brine
Shrimp Lethality Test). Semarang : Universits
Diponegoro. ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/kimia/article/view/1956. Diakses tanggal 25 Maret 2014, pukul 22 : 30.
Pranata, F. Sinung. 2012. Isolasi Alkaloid dari Bahan Alam (Alkaloid
Insulation of Natural
Materials). Yogyakarta :
Fakultas Biologi Universitas Atma Jaya. http://yustikaforict.files.wordpress.com/2012/12/jurnal-5.pdf. Diakses tanggal 11 Maret 2014, pukul 10.10.
Wijaksono, Aris. 1989. Isolasi
Alkaloid dari
Akar Tuba Biji (Anamirta
cocculus L).
Surabaya : Intitut Teknologi Nopember. http://digilib.its.ace.id/public/ITS-undergraduate-21984-1841
400034- cover.pdf.
Diakses tanggal 8 maret 2014, pukul 20:51.
find more wolf dildo,dog dildo,cheap sex toys,sex toys,horse dildo,horse dildo,sex toys,dildo,sex toys helpful hints
BalasHapus